Wisata Desa Berpotensi Besar Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

*Stop Monopoli Guiding

TABANAN dengan ikonnya sebagai daerah Lumbung Beras Bali dikenal memiliki banyak kawasan persawahan dengan panoramanya yang indah. Satu diantaranya kawasan Jatiluwih yang telah dikenal ke berbagai penjuru dunia. Sepertihalnya Jatiluwih, banyak kawasan pesawahan, alam maupun seni dan tradisi Tabanan yang memiliki potensi dan peluang besar untuk dikembangkan pada sektor pariwisata. Terutama dikembangkan sebagai obyek wisata desa.

Demikian yang terungkap dari Wakil Bupati Tabanan, I Komang Gede Sanjaya, SE.,MM., Senin (14/7) kemarin. Menurutnya, apabila dikelola dengan benar, potensi alam maupun keunikan-keunikan yang ada di masing-masing banjar/ desa pakraman akan mampu mendatangkan pendapatan bagi banjar/ desa setempat. Satu diantaranya yang telah berhasil, yakni Desa Pinge, Kecamatan Marga, Tabanan.

“Semestinya, jadikan potensi wilayah atau desa sebagai branded untuk mendatangkan pendapatan bagi wilayah atau desa setempat. Terutama dalam sektor pariwisata, mengingat hingga saat  ini Bali masih menjadi daerah tujuan wisata dunia. Contoh riilnya dengan membuat program wisata desa”, imbuhnya.

Sanjaya menambahkan, peluang dikembangkannya wisata desa di Tabanan sangat besar.Hal ini dikarenakan Tabanan menyimpan potensi alam yang masih lestari,  berbagai keunikan seni dan tradisinya, masyarakatnya yang ramah dan terbuka dan jarak dengan jantung pariwisata Bali yakni Kuta, Nusa Dua dan Denpasar relatif dekat. Selain itu, adanya kesan kejenuhan dunia pariwisata terhadap pola pariwisata yang selama ini yang hanya mengesankan bahwa ketika berbicara obyek pariwisata Bali yang ditampilkan hanya Nusa Dua, Kuta, Sanur danUbud.

Program wisata desa ini menurutnya juga akan memberikan kesempatan yang lebih luas bagi wisatawan untuk melihat keunikan-keunikan Bali, khususnya Tabanan yang tersimpan di pelosok-pelosok pedesaan yang terlestarikan oleh budaya agraris melalui subak ataupun oleh masing-masing desapakraman. Sehingga pada akhirnya, program wisata desa ini mampu menyeimbangkan kue pariwisata Bali. Artinya, kue pariwisata Bali tidak hanya mengalir pada sebagian kecil kabupaten ataupun hanya mengalir pada pengusaha – pengusaha besar. Sebaliknya, justru akan mengalir langsung ke masyarakat untuk kemudian terjadinya peningkatan dan kemandirian ekonomi masyarakat.

Lebih jauh lagi Sanjaya menyebutkan, untuk mengembangkan wisata desa yang berpihak kepada masyarakat ini tentu harus ada konstiribusi dari para pelaku pariwisata Bali.Terutama konstribusi dari kalangan travel agent dan pemandu wisata atau guide. Keberpihakan  yang dimaksudkannya tiada lain keterlibatannya dalam mempromosikan obyek-obyek wisata desa tersebut. Ia mengaku prihatin, sebab saat ini ia melihat adanya kesan monopoli guiding.

“Para pelaku pariwisata di Bali, terutama para travel agent dan guide semestinya melirik obyek-obyek wisata desa untuk ditawarkan kepada wisatawan.Mereka jangan larut untuk mengajak wisatawan ke obyek-obyek wisata yang sudah ternama karena Bali, khususnya Tabanan memiliki banyak obyek wisata alternatif yang sangat layak jual. Bahasa saya, stop monopoli guiding”, tegasnya.

Berkaitan dengan program wisata desa, orang nomer dua di Tabanan ini menjelaskan bahwa Pemkab.Tabanan sangat mendukung lahirnya obyek-obyek wisata desa di Tabanan.Bentuk dukungan tersebut diantaranya dengan memberikan jaminan rasa aman dan nyaman, bantuan hingga dalam bentuk promosi. Menurutnya, dukungan pemerintah ini sangat penting karena program wisata desa akan memberikan dampak positif bagi desa setempat. Seperti terbukanya lapangan kerja, terkelolanya potensi desa dan mengurangi angka urbanisasi serta berbagai dampak positif lainnya. gus